Senin, 05 April 2010


okta
Sambil mengingat kekuatan tahun silam
Pujian sering bersemayam
Ramalan tak kunjung menglir kesudut-sudut masjid

Okta
Tragedi berdarah setelah perang 2009
Perebutan wilayah ingin membangun rumah
Mencuci tangan,meng adzani telinga kanan anak bayimu
Entah kekuatan sarjana apa yang berani
Menabrak-nabrak jalanan berduri
Jembatan roboh memutuskan tali
Okta perempuan yang mengaku sensetif
Membakar kecaman yang menginjak wilayahmu
Nyawa itu buah kembang layu
Alam tak berwarna dirona mataku
Ia tak akan mengaku memiliki kelemahan yang mudah tergantung
Semua akan gugur
Sembunyi di mata angin
begitu langka perjalan antar kota dan sebrang laut
Setetes merubah warna                                                                                               
Mengalir robohnya tangga pemilik

Siapa yang menyadari mainan ini akan dicium pedih

Sumenep,maret’10

Januari bersirih
aku tak mungkin melupakan dimana duduk berkenalan
bercerita sepanjang mengamin
dikempos truk
lorong-lorong gelap dimana menghitung
jumlah buah yang kutukar
seminggu berlalu sudah
kembali rumah-rumah dipanasi air
pintu-pintu salam sujud kami
menangis
hanya imbalan jeruji
aku diberi nasi terkurung langit
jiwa harapan sudah muntah-muntah
terkubur dalam kalimat senja
mimpi aku tinggalkan menjadi penambel besi ini
sampai berkarat
akupun tak pernah berhenti mengangkat tangan
tunggangan kuda sudah kulepas
kubiarkan mencari angin
salam saja buat kekasihku besok
tunda dulu harapan ingin berjalan kepinggir sungar untuk berenang
menari nari bersama
aku mulai biasa meski tidak berada di kelasmu
titip kawan-kawanku masukkan namaku
dalam urutan absen terakhir saja
aku ingin menimba bersamamu
tentang allahmu
tentang rasulku
dan motor yang kau beli sekarang.

Anjal 2010

Bungin
Setitik madu
Antara ombak besar dan satu nyawa
Bila engkau lengah dalam kemewahanmu
Engkau memang sadar tapi belum pulih
Diatas langit orang memandangi
Dan bercun-racun tanaman yang kau makan
Untuk apa hidup denganmu bila ombak
Akan menyakitkanku
Ya,tinggal kalian ucap aku
Niscaya infanteri yang mengelilingi membuka celah
Ombak yang kau potret tiap saat
Benar-benar menyakitkan.

Setitik madu
Masih kuat menyembuhkan lelah mereka
Ada orang mengajakmu tinggallah bersamaku
Kau masih percaya settik madu
Tak akan pernah habis
Lalu bila habis pesan mana yang kau tinggalkan
Kau terlalu menyembah petualangan
Dari dukun mistik
Kalau air melilah urat batu sama lain
Yang kau tempati dan kau tiduri bersama anak-anakmu.
Dan kau masih terlelap
Sekarang kau berteman dengan laut
Pasang surutpun berkeliaran malam dan siang

Setitik madu
Antara ombak besar dan satu nyawa.

Laut ditimur saobi.

Tidak ada komentar: