Senin, 26 April 2010


Iman palsu
Bismillah wajah ini menuntunku
Melempar jauh dari pelataran batu-batu, goa.
Muhammad yang memberiku lambang kasatria kini lesuh, menangis.
Hati yang berjumud dewa-dewa syetan
Mengajakku mengimaninya.
Mereka bilang”ini tuhan menunggu do’aku”
Siang dan malam kulekatkan tanpa putaran jam yang dikendarai kesempurnaan.
Berrdiri. Kugantungi imajinasiku
Resapan asap kian menghabisi lidi
”doamu kuterima”
Tinggallah aku bersedih menganga ke langit-langit biru
Tuhan, benarkah kau turun berbentuk batu-batu yang sama
Dengan tanah dan batu rumahku ini.
Setiap saat anakku robohkan
Dibangun, dimekarakan kota pelacuran
Astaufirullah pembangunan yang dimakan cucu-cucumu
Kini tumbuh dan bersenang-senang di sekoah

Ashaduallah ilaha illallah, waashaduannamuhammadurrasulullah
Anakku. Ayah akan mengajarimu tentang ibrahim dan muhammadmu

Surat ke II
;Untuk putri
Meski tidak ada dongeng malam hari seperti kota Paris
Semoga kau tak sedih
Bapak sedang terbitkan kota kecil yang ada di pekarangan
Tempat di mana kau bermain sepatu plastik, canda tawa yang melukis
Dan keberanianmu menghafal.
Ini akan dibaca tetangga jendela kita ’kan terbuka terang
Biarlah orang menghafal karangan untuk anaknya sendiri
Putri...
Kota Paris sama dengan kota kecil di pekarangan
Mereka berdansa tanpa arah
Mereka di papah menuju kursi sekolah
Dan mereka tak berani adzan
Putri...
Mereka yang berani tak hanya tidur di kota
Atau gembira memandang senjata perang milik bapaknya.
Tapi anak-anak di biarkan sesuai derajatnya
Dituntun berlari-lari
Mengelilingi pasar buku.
                                                                                                       
      Anak kecil yang Bermimpi Kota Paris, Saobi.
                                                  

Samsul arifin: Asli Saobi Kangean.

Selasa, 20 April 2010

Surat Lama…



Aku duduk di bawah pohon
Mendengarkan curhatnya dimusim betina
Ia sangat kedinginan sembari berkumandang adzan
Memanggil anak bermain
Jangan terlalu jauh
Siapa tahu setelah shalat badai akan datang

Sebuah pertengkaran
Meraung sampai ketelaga
Aku menasehati mereka bertumpahan
Kalau engkau lagi marahan apa engkau tak lagi hidup denganku
Aku yang selalu memberimu nafas
Dan kau menguatkan aku
Yang berhak mengalah adalah manusia
Bukan saling berdebat mengunci pengantin dalam gereja itu
Kau tak salah apa tentang kebencian tuhan ini
Hanya manusia yang selalu berdikari kekurangan apa ?
Setelah tiba nanti kita akan diadili perjalananku
Dan kau tak penting
Ini surat lama sejak adam tumbuh mengenal hawa










Samsul arifin;kelompok Goa Puisi

Senin, 05 April 2010


okta
Sambil mengingat kekuatan tahun silam
Pujian sering bersemayam
Ramalan tak kunjung menglir kesudut-sudut masjid

Okta
Tragedi berdarah setelah perang 2009
Perebutan wilayah ingin membangun rumah
Mencuci tangan,meng adzani telinga kanan anak bayimu
Entah kekuatan sarjana apa yang berani
Menabrak-nabrak jalanan berduri
Jembatan roboh memutuskan tali
Okta perempuan yang mengaku sensetif
Membakar kecaman yang menginjak wilayahmu
Nyawa itu buah kembang layu
Alam tak berwarna dirona mataku
Ia tak akan mengaku memiliki kelemahan yang mudah tergantung
Semua akan gugur
Sembunyi di mata angin
begitu langka perjalan antar kota dan sebrang laut
Setetes merubah warna                                                                                               
Mengalir robohnya tangga pemilik

Siapa yang menyadari mainan ini akan dicium pedih

Sumenep,maret’10

Januari bersirih
aku tak mungkin melupakan dimana duduk berkenalan
bercerita sepanjang mengamin
dikempos truk
lorong-lorong gelap dimana menghitung
jumlah buah yang kutukar
seminggu berlalu sudah
kembali rumah-rumah dipanasi air
pintu-pintu salam sujud kami
menangis
hanya imbalan jeruji
aku diberi nasi terkurung langit
jiwa harapan sudah muntah-muntah
terkubur dalam kalimat senja
mimpi aku tinggalkan menjadi penambel besi ini
sampai berkarat
akupun tak pernah berhenti mengangkat tangan
tunggangan kuda sudah kulepas
kubiarkan mencari angin
salam saja buat kekasihku besok
tunda dulu harapan ingin berjalan kepinggir sungar untuk berenang
menari nari bersama
aku mulai biasa meski tidak berada di kelasmu
titip kawan-kawanku masukkan namaku
dalam urutan absen terakhir saja
aku ingin menimba bersamamu
tentang allahmu
tentang rasulku
dan motor yang kau beli sekarang.

Anjal 2010

Bungin
Setitik madu
Antara ombak besar dan satu nyawa
Bila engkau lengah dalam kemewahanmu
Engkau memang sadar tapi belum pulih
Diatas langit orang memandangi
Dan bercun-racun tanaman yang kau makan
Untuk apa hidup denganmu bila ombak
Akan menyakitkanku
Ya,tinggal kalian ucap aku
Niscaya infanteri yang mengelilingi membuka celah
Ombak yang kau potret tiap saat
Benar-benar menyakitkan.

Setitik madu
Masih kuat menyembuhkan lelah mereka
Ada orang mengajakmu tinggallah bersamaku
Kau masih percaya settik madu
Tak akan pernah habis
Lalu bila habis pesan mana yang kau tinggalkan
Kau terlalu menyembah petualangan
Dari dukun mistik
Kalau air melilah urat batu sama lain
Yang kau tempati dan kau tiduri bersama anak-anakmu.
Dan kau masih terlelap
Sekarang kau berteman dengan laut
Pasang surutpun berkeliaran malam dan siang

Setitik madu
Antara ombak besar dan satu nyawa.

Laut ditimur saobi.